Macam-macam Sediaan Umum Obat (Bagian 3)

  Mengenal sediaan obat mata, serbuk, supositoria, suspensi, salep, tablet, dan vaksin.


Teknologi di bidang farmasi berkembang sangat pesat. Peneliti dan perusahaan farmasi berlomba-lomba untuk menemukan teknologi baru yang dapat mempermudah pasien dalam menggunakan dan efektivitas terapi yang semakin maksimal. Perkembangan tersebut menyebabkan banyak bentuk sediaan farmasi yang beredar di masyarakat. Pada artikel kali ini akan kita bahas beberapa sediaan umum yang sering digunakan di masyarakat.

15. Sediaan Obat Mata (Ophthalmic Preparations)

Terdapat berbagai bentuk sediaan obat mata, di antaranya:

Salep mata. Berbeda dengan salep biasa, salep mata harus memiliki spesifikasi khusus agar aman diaplikasikan pada mata. Salep mata harus steril. Salep mata yang ditujukan untuk dosis tunggal tidak memerlukan pengawet, sedangkan salep mata yang ditujukan untuk dosis ganda dapat menggunakan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba asalkan tidak dilarang dalam monografi atau formula yang digunakan sudah bersifat bakteriostatik. Salep mata juga harus memenuhi syarat partikel logam dan uji kebocoran. Persyaratan partikel logam terpenuhi jika jumlah partikel (ukuran 50 µm atau lebih) dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan tidak lebih dari 1 tube mengandung 8 partikel. Jika tidak terpenuhi, ulangi uji dengan menambah 20 tube dan dikatakan memenuhi syarat bila jumlah partikel dari 30 tube tidak lebih dari 150 dan tidak lebih dari 3 tube yang masing-masing mengandung 8 partikel.

Larutan Obat Mata adalah larutan steril, bebas partikel asing yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai untuk diaplikasikan pada mata. Perhatian khusus diperlukan pada saat pembuatan, seperti toksisitas bahan, nilai isotonisitas, kebutuhan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Hal yang sama juga perlu dilakukan untuk sediaan yang digunakan untuk hidung dan telinga.

Cairan mata isotonis dengan darah, yaitu sesuai dengan larutan NaCl 0,9%. Meskipun mata tahan terhadap isotonis rendah yang setara larutan NaCl 0,6% hingga tertinggi setara dengan larutan NaCl 2,0% tanpa gangguan nyata. Beberapa obat mata dibuat hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar zat aktif cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif. Obat yang demikian ketika terencerkan dengan air mata akan menjadi isotonis, sehingga rasa perih hanya sementara.

Air mata normal memiliki pH sekitar 7,4 dan memiliki kapasitas dapar tertentu. Namun pada pH tersebut kebanyakan obat tidak larut dalam air dan tidak stabil. Oleh karena itu dapar yang dipilih sebaiknya sedekat mungkin dengan pH fisiologis (7,4) dan tetap menjaga stabilitas obat.

Sediaan larutan obat mata seperti tetes mata harus steril agar tidak menginfeksi mata, terutama bila digunakan untuk mata yang terluka. Selain sterilitas bahan dan pengemas yang digunakan, pada saat menggunakannya pun harus sedemikian rupa sehingga tetap menjaga sterilitas produk. Penggunaan sediaan tetes mata dapat dilihat disini.

Bahan pengental seperti metilselulosa, hidroksipropil metilselulosa, atau polivinil alkohol dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sediaan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan.

Suspensi Obat Mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat yang digunakan harus dalam bentuk micronized agar tidak menimbulkan iritasi. Apabila terdapat massa yang mengeras atau menggumpal, suspensi obat mata tidak boleh digunakan.

16. Serbuk (Powders)

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang dapat digunakan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Keuntungan bentuk sediaan ini adalah

  1. Lebih cepat terdispersi dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan seperti tablet. 
  2. Memudahkan untuk anak-anak dan orang tua yang sukar menelan.
  3. Dapat digunakan untuk obat yang terlalu besar bila dibuat tablet atau kapsul.
  4. Dapat digunakan untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cair

Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) maupun tidak terbagi (pulvis). Sebelum digunakan biasanya serbuk oral dicampur dengan air minum. Obat yang tidak stabil dalam bentuk cair dapat dibuat sediaan sirup kering yang perlu direkonstitusi terlebih dahulu sebelum digunakan. Namun obat yang telah direkonstitusi ini memiliki batas kadaluarsa lebih pendek, sehingga harus diperhatikan. Berapa lama obat dapat digunakan setelah direkonstitusi biasanya tercantum pada kemasan. Apabila tidak tercantum, penentuan seberapa lama obat dapat digunakan dapat dilihat sesuai aturan Beyond Use Date.
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.

17. Supositoria (Suppositories)

Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh, sehingga suhu penyimpanan harus diperhatikan agar suppositoria tidak melunak sebelum digunakan. Supositoria dapat digunakan sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Basis yang digunakan umumnya adalah lemak coklat (oleum cacao), gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol (PEG) berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol. Pemilihan basis ini berpengaruh pada pelepasan obat.

Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampur dengan cairan tubuh sehingga menghambat difusi obat yang larut dalam lemak. Lemak coklat dan lemak keras lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti untuk antihemoroid. Lemak coklat jarang digunakan untuk sediaan vagina, karena meninggalkan residu yang tidak dapat diserap.

Polietilen glikol cocok digunakan untuk beberapa antiseptik. Jika obat diharapkan bekerja secara sistemik sebaiknya menggunakan bentuk ionik, karena meskipun obat dalam bentuk nonionik dapat lepas dari basis yang bercampur dengan air seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol, basis ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan. Hal ini juga yang mendasari gelatin tergliserinasi jarang digunakan untuk sediaan rektal karena disolusinya lambat. Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu badan, sehingga dapat disimpan tanpa pendinginan namun harus dalam wadah tertutup rapat. Pelepasan obat dari basis polietilen glikol ini lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan. Etiket supositoria polietilen glikol harus tercantum “Basahi dengan air sebelum digunakan”

Supositoria kempa atau Supositoria sisipan. Supositoria vaginal dapat dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.

18. Suspensi (Suspensions)

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Jenis sediaan ini ada yang dapat langsung digunakan dan ada yang harus direkonstitusi terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai sebelum digunakan. Karena mengandung partikel padat yang dapat mengendap maka dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer, atau gula. Sebelum menggunakan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk menjamin obat terdispersi homogen sehingga dosis yang diminum tepat.

Berdasarkan rute pemberiannya, sediaan suspensi dibedakan menjadi:

Suspensi Oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan digunakan secara oral (diminum). Suspensi yang dilabeli sebagai susu (seperti Susu Magnesia) atau magma (seperti Magma Bentonit) termasuk dalam kategori ini

Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dan digunakan pada kulit (dioleskan). Suspensi yang dilabeli sebagai lotio termasuk dalam kategori ini, misalnya Lotio Kalamin.

Suspensi Tetes Telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

Suspensi Optalmik lihat pada bagian Sediaan Obat Mata

19. Salep (Ointments)

Salep adalah sediaan semisolid yang digunakan secara topikal pada kulit atau selaput lendir. Terdapat 4 kelompok basis salep yang biasa digunakan yaitu:

Basis salep hidrokarbon. Basis salep jenis ini dikenal sebagai basis salep berlemak, misalnya vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan ke dalam basis ini. Salep yang menggunakan basis jenis ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Basis salep ini terutama digunakan sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu yang lama.

Basis salep serap. Basis salep ini juga digunakan sebagai emolien. Basis salep ini dibedakan menjadi basis salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin).

Basis salep yang dapat dicuci dengan air. Basis salep jenis ini adalah emulsi minyak dalam air seperti salep hidrofilik, dan lebih tepat disebut krim. Basis ini lebih sering digunakan sebagai kosmetik karena mudah dicuci dengan air atau dilap basah. Beberapa obat lebih efektif menggunakan basis salep ini dari pada basis salep hidrokarbon. Basis salep ini juga dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.

Basis salep larut dalam air. Basis salep ini disebut juga basis salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Basis salep ini lebih tepat disebut gel.

20. Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa pengisi. Beberapa jenis tablet yang umum digunakan antara lain:

  1. Kaplet adalah tablet yang berbentuk kapsul biasa
  2. Bolus adalah tablet yang berukuran besar dan biasa digunakan untuk obat hewan berukuran besar.
  3. Tablet triturat adalah tablet berukuran kecil, umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
  4. Tablet hipodermik adalah tablet yang mudah melarut dalam air dan umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik
  5. Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah. Misalnya tablet sublingual nitrogliserin
  6. Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan gusi.
  7. Tablet efervesen (effervescent) adalah tablet yang dibuat sedemikian rupa mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat sehingga ketika dilarutkan dalam air akan cepat larut dan menghasilkan karbon dioksida yang memberikan efek menyegarkan. Oleh karena itu, tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab dan tidak boleh langsung ditelan, melainkan harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum digunakan.
  8. Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk digunakan dengan cara dikunyah, memberikan rasa enak dalam mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini biasanya digunakan untuk anak, terutama untuk multivitamin, antasida, dan antibiotik tertentu. Umumnya menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan pengisi yang sekaligus memberikan rasa manis.
  9. Tablet lepas lambat adalah tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia dalam waktu tertentu setelah obat diberikan dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat. Karena tablet ini diformulasikan khusus untuk memberikan efek jangka panjang, maka penggunaan obat tidak boleh dihancurkan atau digerus.
  10. Tablet hisap (Lozenges) adalah tablet yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya mengandung pengaroma dan pemanis, tablet dapat melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Tablet dapat dibuat dengan cara tuang dengan bahan dasar gelatin atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol, tablet jenis ini biasa disebut sebagai pastiles. Tablet juga dapat dibuat dengan cara kempa menggunakan bahan dasar gula dan biasa disebut troches. Tablet hisap umumnya ditujukan untuk penggunaan lokal di mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung obat yang diabsorbsi sistemik setelah ditelan.
  11. Tablet salut. Tujuan penyalutan tablet antara lain untuk melindungi zat aktif (dari udara kelembaban atau cahaya), untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak, untuk membuat penampilan lebih menarik, dan untuk mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Tablet salut yang biasa dapat berupa tablet salut gula dan tablet salut selaput (salut film). Sedangkan tablet salut yang mengubah pelepasan obat agar tablet tidak hancur di lambung melainkan hancur di usus adalah tablet salut enterik, atau disebut juga tablet lepas tunda. Tujuan pembuatan tablet salut enterik adalah untuk melindungi obat agar tidak rusak karena asam lambung atau untuk melindungi lambung agar tidak teriritasi oleh obat.
Tablet harus memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet. Namun untuk tablet dengan zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet (zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot sediaan) atau tablet bersalut gula, maka harus memenuhi persyaratan uji keseragaman kandungan.

21. Vaksin (Vaccines)

Vaksin adalah sediaan yang mengandung antigen yang dapat menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia, atau virus dan dapat berupa suspensi organisme hidup, atau fraksi-fraksinya, atau toksoid. Toksoid adalah bentuk toksin (zat racun) yang dilemahkan.

Vaksin bakteri dapat mengandung bakteri hidup, atau inaktif, atau komponen imunogeniknya. Bakteri hidup dibuat dari galur bakteri dengan virulensi yang telah dilemahkan namun masih mampu merangsang pembentukan imunitas terhadap galur patogen yang sama atau jenis bakteri yang sifat antigennya berhubungan. Bakteri inaktif atau komponen imunogenik yang digunakan diinaktivasi dengan cara tertentu untuk mempertahankan sifat antigenitasnya.

Toksoid bakteri diperoleh dari toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat toksisitasnya hingga tidak terdeteksi, tanpa mengurangi sifat imunogenisitasnya, dengan cara tertentu yang dapat mencegah toksoid berubah kembali menjadi toksin.

Vaksin virus dan riketsia adalah suspensi virus atau riketsia yang ditumbuhkan dalam telur berembrio, dalam biakan sel atau dalam jaringan yang sesuai dan mengandung virus atau riketsia hidup atau yang inaktif atau komponen imunogeniknya. Apabila mengandung virus hidup umumnya dibuat dari galur tertentu yang virulensinya telah dilemahkan.

Vaksin juga dapat mengandung dua atau lebih campuran jenis vaksin yang telah disebutkan dan biasa dikenal sebagai vaksin campuran.

Sediaan Lain

Macam-macam Sediaan Umum Obat (Bagian 1): Mengenal sediaan aerosol, emulsi, ekstrak dan ekstrak cair, gel, implan, imunoserum, dan inhalasi.

Macam-macam Sediaan Umum Obat (Bagian 2): Mengenal sediaan injeksi, irigasi, kapsul, krim, larutan, pasta, dan plester.


Itu tadi sekilas mengenai sediaan farmasi yang umum digunakan di masyarakat. Setiap bentuk sediaan memiliki tujuan masing-masing untuk mempermudah penggunaan obat maupun untuk menjaga agar obat tetap berkhasiat saat digunakan. Kita harus memperhatikan dan memahami bentuk sediaan obat apa yang kita terima agar mendapatkan manfaat terapi yang maksimal dari obat tersebut. Untuk penjelasan mengenai penggunaan sediaan obat dapat dilihat pada artikel Cara Menggunakan Berbagai MacamSediaan Obat.

Post a Comment