Uji stabilitas dilakukan untuk menentukan batas kadaluarsa obat. Obat dengan batas kadaluarsa 5 tahun membutuhkan uji stabilitas yang memenuhi syarat hingga 5 tahun lamanya. Selain membutuhkan waktu yang lama, uji stabilitas juga membutuhkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Berdasarkan ASEAN Guideline, uji stabilitas ini harus dilakukan untuk setiap kekuatan dan kemasan obat meskipun obatnya sama serta dilakukan dengan frekuensi yang telah ditentukan. Namun berdasarkan ASEAN Guideline tersebut juga disebutkan bahwa terdapat "keringanan" agar tidak sebanyak itu sampel yang diuji, tetapi harus dengan justifikasi yang kuat. "Keringanan" tersebut ialah dengan desain bracketing dan matrixing. Bracketing dan matrixing ini juga secara khusus diatur dalam ICH Q1D Bracketing and Matrixing Designs For Stability Testing of New Drug Substances and Products.
Lalu apa itu bracketing?
Tabel. 1 Contoh desain bracketing
Keterangan: X = dilakukan
pengujian lengkap
Apa bedanya dengan desain matrixing?
Matrixing adalah desain uji stabilitas dimana dipilih subset tertentu dari
semua kemungkinan sampel dari kombinasi semua faktor yang akan diuji pada titik
waktu tertentu. Uji stabilitas dengan desain ini dilakukan pada semua kombinasi
produk namun dipilih pada titik-titik tertentu saja, tidak setiap titik waktu
diuji. Desain ini mengasumsikan bahwa stabilitas dari setiap subset sampel yang
diuji merepresentasikan stabilitas semua sampel pada titik waktu tersebut. Perbedaan
sampel untuk obat yang sama harus mencakup batch yang berbeda, kekuatan yang
berbeda, besar kemasan yang berbeda untuk jenis kemasan yang sama, dan mungkin
pada beberapa kasus jenis kemasan yang berbeda. Untuk memperjelas penjelasan di
atas, dapat dilihat pada tabel 2 untuk desain matrixing obat dengan dua
kekuatan dan tabel 3 untuk obat dengan tiga kekuatan dan tiga besar kemasan.
Tabel. 2 Contoh desain matrixing produk dengan
dua kekuatan
Pengurangan Setengah (1/2)
Keterangan: X = dilakukan
pengujian
Pengurangan Sepertiga (1/3)
Keterangan: X = dilakukan
pengujian
Kedua tabel di atas merupakan contoh desain matrixing untuk obat A yang
memiliki dua kekuatan yaitu 100 mg dan 200 mg. Pengurangan setengah adalah
mengurangi satu dari setiap dua titik waktu pengujian sedangkan pengurangan
sepertiga adalah mengurangi satu dari setiap tiga titik waktu pengujian. Kita
ambil contoh pada pengujian bulan ketiga, total pengujian pada bulan ketiga adalah
enam pengujian, yaitu tiga batch dari kekuatan 100 mg dan tiga batch dari kekuatan
200 mg. Apabila dilakukan pengurangan setengah maka dikurangi ½ x 6 = 3
pengujian, sedangkan pada pengurangan sepertiga maka dikurangi 1/3 x 6 = 2
pengujian. Sehingga pada bulan ketiga untuk pengurangan setengah cukup
dilakukan pengujian pada 3 batch, sedangkan pada pengurangan sepertiga
dilakukan pada empat batch dari total enam batch yang seharusnya dilakukan
pengujian. Pada contoh tersebut dilakukan pengujian penuh untuk semua batch
pada bulan ke-0, 12, dan 36.
Tabel. 3 Contoh desain matrixing produk dengan tiga
kekuatan dan tiga besar kemasan
Matrixing titik waktu pengujian
Matrixing titik waktu dan faktor (pengurangan pengujian)
Pengujian yang dilakukan:
Keterangan: X = dilakukan pengujian
Pengujian dilakukan dengan aturan sesuai pada tabel, misalnya pada bulan
ketiga pengujian hanya dilakukan pada obat dengan kekuatan, besar kemasan, dan
batch yang diberi label X2 dan X3 pada tabel matrixing titik waktu dan faktor.
Referensi:
https://database.ich.org/sites/default/files/Q1D%20Guideline.pdf
Post a Comment