Lisinopril adalah obat antihipertensi golongan ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor). Antihipertensi golongan ACEI mudah dikenali dari namanya yang berakhiran -pril. Contoh obat antihipertensi golongan ACEI selain Lisinopril antara lain: Captopril, Enalapril, dan Ramipril. Lisinopril memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan Enalapril dan Captopril yaitu:
Memiliki waktu paruh panjang
Bersifat hidrofilik
Tidak dimetabolisme di hati
Bagaimana Lisinopril Bekerja di Dalam Tubuh?
Sebelumnya kita telah membahas Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) yang mengatur volume darah, keseimbangan elektrolit, dan resistensi vascular sistemik. Sama seperti golongan ACEI lainnya, Lisinopril bekerja dengan menghambat enzim yang mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II yaitu Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Oleh karena itu golongan obat ini disebut ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor). Angiotensin II diketahui merupakan vasokonstriktor yang poten. Sehingga dengan menghambat pembentukan Angiotensin II, tidak terjadi vasokonstriksi (kontraksi pembuluh darah) yang menyebabkan tekanan darah tinggi.
Apa Indikasi Lisinopril?
Di Indonesia, BPOM menyetujui Lisinopril untuk indikasi:
Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Lisinopril dapat digunakan sendiri (monoterapi) atau dikombinasikan dengan obat golongan antihipertensi lain.
Gagal Jantung Kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF), yaitu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup, terutama untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Lisinopril digunakan sebagai pengobatan tambahan dengan diuretik dan jika sesuai juga dapat dikombinasikan dengan digitalis.
Infark miokard akut atau acute myocardial infarction, yaitu kondisi dimana aliran darah ke otot jantung (miokard) berkurang, sehingga otot jantung kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan. Lisinopril digunakan untuk pasien yang stabil secata hemodinamik dalam waktu 24 jam setelah infark miokard akut untuk mencegah perkembangan selanjutnya dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung.
Komplikasi diabetes melitus. Pasien diabetes melitus yang memiliki nefropati ditandai dengan mikroalbuminuria. Lisinopril dapat mengurangi laju ekskresi albumin melalui urin.
Bagaimana Cara Menggunakan Lisinopril dan Berapa Dosis Penggunaannya?
Lisinopril diminum sekali sehari pada waktu yang sama setiap harinya, misalnya Lisinopril diminum setiap jam 6 pagi. Keunggulan Lisinopril dibanding Captopril adalah penyerapan (absorbsi) Lisinopril tidak dipengaruhi oleh makanan, sehingga Lisinopril dapat digunakan sebelum maupun sesudah makan. Berbeda dengan Captopril yang harus digunakan sebelum makan (dalam kondisi perut kosong), karena adanya makanan dapat mengganggu penyerapan Captopril.
Dosis terapi hipertensi
Dosis awal
Dosis awal yang dianjurkan adalah 10 mg. Pada pasien dengan sistem renin-angiotensin-aldosterone yang teraktivasi kuat dapat mengalami penurunan tekanan darah yang berlebihan setelah pemberian dosis awal, sehingga dosis awal sebesar 2,5 mg – 5 mg direkomendasikan pada kondisi pasien tersebut dan harus dilakukan di bawah pengawasan medis. Dosis awal yang lebih rendah diperlukan jika terdapat gangguan ginjal. Berikut penyesuaian dosis pada pasien gangguan ginjal berdasarkan klirens kreatinin:
Creatinine Clearance (ml/menit) Dosis awal < 10 ml/menit (termasuk pasien dengan dialisis) 2,5 mg 10 – 30 ml/menit 2,5 – 5 mg 31 – 70 ml/menit 5 – 10 mg *dosis dan/atau frekuensi pemakaian tergantung pada respon tekanan darah
Dosis pemelilharaan
Dosis pemeliharaan efektif biasanya adalah 20 mg sekali sehari. Jika efek terapeutik yang diinginkan tidak dapat dicapai dalam jangka waktu 2-4 minggu, dosis dapat ditingkatkan hingga dosis maksimal 80 mg / hari
Pasien terapi diuretik
Pasien usia 6-16 tahun
Pada pasien yang sedang terapi menggunakan diuretik, kemungkinan terjadi hipotensi simtomatik lebih mungkin terjadi setelah memulai terapi dengan Lisinopril. Jika memungkinkan, diuretik harus dihentikan 2-3 hari sebelum memulai terapi Lisinopril. Jika terapi diuretik tidak dapat dihentikan, Lisinopril harus dimulai dengan dosis 5 mg dan fungsi ginjal serta serum kalium harus dipantau. Penyesuaian dosis awal tergantung kodisi klirens kreatinin pada poin a. Dosis dapat ditingkatkan hingga tekanan darah terkontrol atau maksimum 40 mg per hari.
Pemberian dosis tergantung berat badan pasien
Berat Badan
Dosis Awal
Maksimal Dosis
20 – 50 kg
2,5 mg sekali sehari
20 mg sekali sehari
Lebih dari 50 kg
5 mg sekali sehari
40 mg sekali sehari
Belum ada penelitian penggunaan dosis di atas 0,61 mg/kgBB (atau lebih dari 40 mg). Lisinopril tidak dianjurkan pada pasien kurang dari 6 tahun atau pasien anak dengan laju filtasi glomerulus < 30 ml/menit/1,73m2.
Dosis terapi gagal jantung kongestif
Lisinopril digunakan sebagai terapi tambahan untuk diuretik, digitalis, atau beta blocker dengan dosis awal 2,5 mg sekali sehari. Penambahan dosis dapat dilakukan dengan syarat:
Penambahan tidak lebih dari 10 mg
Interval tidak kurang dari 2 minggu
Maksimal dosis sesuai dengan toleransi pasien hingga maksimal 35 mg sekali sehari
Dosis terapi infark miokard akut
Lisinopril digunakan sebagai terapi tambahan untuk terapi yang direkomendasikan seperti trombolitik, aspirin, dan beta blocker.
Dosis awal (3 hari setelah infark)
Lisinopril dapat dimulai dalam waktu 24 jam setelah timbulnya gejala. Pengobatan tidak boleh dimulai jika tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmHg. Dosis awal adalah 5 mg, diikuti 5 mg setelah 24 jam, 10 mg setelah 48 jam, kemudian 10 mg sekali sehari. Jika tekanan darah sistolik rendah (< 120 mmHg) diberikan dosis 2,5 mg selama 3 hari pertama
Dosis pemeliharaan
Dosis pemeliharaan adalah 10 mg sekali sehari. Jika terjadi hipotensi dapat diberikan dosis 5 mg. Jika hipotensi berkepanjangan, Lisinopril harus dihentikan.
Dosis terapi pada pasien yang komplikasi diabetes melitus
Dosis harian yang dapat diberikan adalah 10 mg per hari dan dapat ditingkatkan hingga 20 mg sekali sehari.
Dosis penggunaan pada populasi khusus
Penggunaan pada anak belum diketahui khasiat dan keamanannya sehingga tidak dianjurkan.
Penggunaan pada lanjut usia tidak memiliki perbedaan.
Penggunaan pada pasien transplantasi ginjal tidak direkomendasikan karena belum ada data yang mendukung.
Apa kondisi pasien yang tidak boleh menggunakan (kontraindikasi) Lisinopril?
Lisinopril dikontraindikasikan untuk kondisi pasien:
Hipersensitif terhadap Lisinopril atau obat ACEI lainnya
Memiliki riwayat angioedema dengan terapi ACEI sebelumnya
Angioedema herediter atau idiopatik
Trimester kedua dan ketifa kehamilan
Menggunakan obat yang mengandung aliskiren pada pasien diabetes melitus atau gangguan ginjal sedang sampai berat.
Bolehkah Lisinopril Digunakan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui?
Lisinopril termasuk kategori kelas D karena memiliki efek teratogenic. Lisinopril tidak boleh digunakan selama kehamilan karena terdapat peningkatan risiko bayi cacat lahir, morbiditas janin dan neonatal, dan kematian janin jika digunakan selama kehamilan, Penggunaan Lisinopril selama menyusui juga tidak dianjurkan karena Lisinopril tersekresi melalui ASI dan efeknya pada bayi yang menyusui juga belum diketahui.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482230/
Brosur Obat Lisinopril Dihydrate OGB Kimia Farma
Post a Comment